Kamis, 05 Januari 2012


Hyperlink internal merupakan link atau tautan yang dibuat dalam suatu presentasi, di mana tautan yang dituju terdapat dalam presentasi itu sendiri. Biasanya, slide yang menjadi target disembunyikan agar tidak menghalangi perpindahan slide utama. Contoh hyperlink internal dapat dilihat pada file ini. Dengan menekan tombol “click me”, slide berpindah ke slide lain yang tersembunyi. Di slide target, dengan menekan tombol “please bring me back”, maka Anda akan berpindah kembali ke slide sebelumnya.
Persiapan:
  • Judul Slide: font Comic Sans MS 36 pt, Bold.
  • Isi Slide: font Georgia 28 pt, Regular.
  • Tombol Click Me dan Please Bring Me Back: rounded rectangle, font Georgia 28 pt, Regular.
  • Theme: Capsules, colour scheme: blue
  • Ukuran slide 9 inch kali 9 inch (diatur di Page Setup).
Cara membuatnya adalah sebagai berikut.
6) Buat slide 1 dengan susunan seperti ini.
powerpoint5-1
5) Buat slide 2 dengan susunan seperti ini.
powerpoint5-2
4) Slide 2 dibuat tersembunyi. Caranya dengan klik kanan pada kotak slide yang dimaksud pada tab outline / slide di kiri layar, lalu pilih Hide.
powerpoint5-3
3) Sekarang hubungkan slide pertama dengan kedua. Caranya klik kanan pada tombol “Click me” dan pilih Hyperlink.
powerpoint5-4
2) Di kotak dialog yang muncul, lihat Link to di sebelah kiri. Pilih Place in This Document. Pilihan Existing File or Web Page merupakan opsi untuk membuat hyperlink eksternal, yang akan dibahas di tutorial bagian 6 nanti. Segera setelah memilih Place in This Document, pilih slide yang Anda tuju; yaitu slide 2. Tanda kurung menunjukkan bahwa slide tadi sudah berhasil disembunyikan (hidden).
powerpoint5-5
1) Di slide 2, tadi Anda sudah memasang sebuah tombol “Please bring me back”. Coba sekarang dengan cara yang sama, Anda buat tautan (link) menuju kembali ke slide 1.

Selasa, 03 Januari 2012

IDENTITAS NASIONAL


A.  HAKIKAT BANGSA
1.    Bangsa dalam Arti Sosiologis Antropologis
Bangsa dalam pengertian sosiologis antropologis adalah persekutuan hidup masyarakat yang berdiri sendiri yang masing-masing anggota persekutuan hidup tersebut merasa satu kesatuan ras, bahasa, agama, dan adat istiadat. Misalnya, Amerika Serikat terdiri dari bangsa Negro, bangsa Indian, bangsa Cina, bangsa Yahudi, dan lain-lainnya.
2.    Bangsa dalam Arti Politis
Bangsa dalam pengertian politik adalah suatu masyarakat dalam suatu daerah yang sama dan mereka tunduk pada kedaulatan negaranya sebagai suatu kekuasaan tertinggi ke luar dan ke dalam. Misalnya, kemunculan bangsa Indonesia (arti politis) setelah terciptanya negara Indonesia.
3.    Cultural Unity dan Political Unity
Cultural unity adalah bangsa dalam pengertian antropologi/sosiologi. Cultural unity terjadi karena suatu masyarakat itu merupakan satu persekutuan hidup berdiri sendiri yang merasa satu kesatuan dalam hal ras, religi, bahasa, sejarah, dan adat istiadat. Cultural unity sudah menyebar di banyak negara, yang hal ini disebabkan oleh adanya migrasi, akulturasi, dan naturalisasi. Contoh, Jepang dan Israel.
Political unity adalah bangsa dalam pengertian politik kenegaraan. Anggota sebuah political unity, mungkin berbeda corak dan  latar belakang kebudayannya, tetapi mereka menjadi satu  bangsa dalam pengertian politik. Contohnya, bangsa Indonesia, bangsa India, dan Malaysia.
4.    Proses Pembentukan Bangsa-Negara
Secara umum dikenal adanya dua proses pembentukan bangsa-negara, yaitu model ortodoks dan model mutakhir (Ramlan Surbakti, 1999). Pertama, model ortodoks yaitu bermula dari adanya suatu bangsa terlebih dahulu untuk kemudian bangsa itumembentuk satu negara tersendiri. Contoh, bangsa Yahudi berupaya mendirikan negara Israel untuk satu bangsa Yahudi. Kedua, model mutakhir yaitu berawal dari adanya negara terlebih dahulu yang terbentuk melalui proses tersendiri, sedangkan penduduk negara merupakan sekumpulan bangsa dan ras.
Kedua model ini berbeda dalam empat hal. Pertama, ada tidaknya perubahan unsur dalam masyarakat. Kedua, lamanya waktu yang diperlukan dalam proses pembentukan bangsa-negara. Ketiga, kesadaran politik masyarakat. Keempat, derajat partisipasi politik dan rezim politik.
A.  IDENTITAS NASIONAL
1.    Faktor Pembentukan Identitas Bersama
Faktor-faktor yang diperkirakan menjadi identitas bersama suatu bangsa, meliputi primordial, sakral, tokoh, bhineka tunggal ika, sejarah, perkembangan ekonomi, dan kelembagaan (Ramlan Surbakti, 1999).
2.    Identitas Cultural Unity atau Identitas Kesukubangsaan
Cultural unity disatukan oleh adanya kesamaan dalam hal ras, suku, agama, adat da budaya, keturunan (darah) dan daerah asal (homeland). Identitas cultural unity dapat disebut identitas kesukubangsaan. Identitas yang dimiliki oleh sebuah cultural unity bersifat askritif (sudah ada sejak lahir), bersifat alamiah (bawaan), primer, dan etnik.
3.    Identitas Political Unity atau Identitas Kebangsaan
Negara yang terbentuk berasal dari satu bangsa dengan identitas primordial yang sama. Namun dewasa ini, negara yang relatif homogen, yang hanya terdiri dari satu bangsa tidak banyak terjadi. Umumnya negara yang terbentuk adalah heterogen, terdiri dari banyak bangsa di dalamnya.
B.  HAKIKAT NEGARA
1.    Arti Negara
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, negara mempunyai dua pengertian berikut. Pertama, negara adalah organisasi di suatu wilayah yang mempunyai kekuasaan tertinggi yang sah dan ditaati rakyatnya. Kedua, negara adalah kelompok sosial yang menduduki wilayah atau daerah tertentu yang diorganisasi di bawah lembaga politik dan pemerintah yang efektif, mempunyai satu kesatuan politik, berdaulat sehingga berhak menentukan tujuan nasionalnya.
2.    Unsur-unsur Negara
a.    Rakyat
Yaitu orang-orang yang bertempat tinggaldi wilayah itu, tunduk pada kekuasaan negara dan mendukung negara yang bersangkutan.
b.    Wilayah
Yaitu daerah yang menjadi kekuasaan negara serta menjdai tempat tinggal bagi rakyat negara.
c.    Pemerintah yang berdaulat
Yaitu adanya penyelenggaraan negara yang memiliki kekuasaan menyelenggarakan pemerintahan di negara tersebut
3.    Teori Terjadinya Negara
a.       Teori Hukum Alam
Menurut teori hukum alam, terjadinya negara adalah segala sesuatu itu berjalan menurut hukum alam, yaitu mulai dari lahir, berkembang, mencapai puncaknya, layu, dan akhirnya mati.
b.      Teori Ketuhanan
Menurut teori ketuhanan, terjadinya negara adalah karena kehendak Tuhan, didasari kepercayaan  bahwa segala sesuatu berasal dari Tuhan dan terjadi atas kehendak Tuhan.
c.       Teori Perjanjian
Menurut teori perjanjian, negara terjadi sebagai hasil perjanjian antarmanusia/individu. Manusia dalam dua keadaan, yaitu keadaan sebelum bernegara dan keadaan setelah bernegara.
4.    Fungsi dan Tujuan Negara
Di bawah ini adalah fungsi negara menurut beberapa ahli, antara lain sebagai berikut.
a.    John Locke
1)   Fungsi Legislatif, untuk membuat peraturan;
2)   Fungsi Eksekutif, untuk melaksanakan peraturan;
3)   Fungsi Federatif, untuk mengurusi urusan luar negeri dan urusan perang dan damai.
b.    Montesquieu
1)      Fungsi Legislatif, membuat undang-undang;
2)      Fungsi Eksekutif, melaksanakan undang-undang;
3)      Fungsi Yudikatif, untuk  mengawasi agar semuaperaturan ditaati (fungsi mengadili).
C.  IDENTITAS NASIONAL INDONESIA
Beberapa bentuk identitas nasional Indonesia, adalah sebagai berikut.
1.    Bahasa nasional atau bahasa persatuan yanitu bahasa Indonesia
2.    Bendera negara yaitu Sang Merah Putih
3.    Lagu Kebangsaan yaitu  Indonesia Raya
4.    Lambang negara yaitu Garuda Pancasila
5.    Semboyan negara yaitu Bhineka Tunggal Ika
6.    Dasar falsafah negara yaitu Pancasila
7.    Konstitusi negara yaitu UUD 1945
8.    Bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat
9.    Konsepsi Wawasan Nusantara
10.     Kebudayaan daerah yang telah diterima sebagai kebudayaan nasional

PENGENALAN DAN PEMBELAJARAN BILANGAN BULAT

Bilangan bulat negatif dapat dikenalkan melalui kejadian yang saling bertentangan di sekitar kita, misalnya: • Jika berjalan ke arah utara disebut ke arah positif, maka arah selatan disebut ke arah negatif. • Jika berbuat baik diartikan perbuatan baik, maka perbuatan buruk diartikan sebagai perbuatan negatif. • Hutang diartikan sebagai bilangan negatif, misalnya hutang 100 rupiah sama halnya punya uang -100 rupiah. Operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat 1. Permainan baris-berbaris 2. Kartu bilangan Operasi perkalian bilangan bulat 1. Permainan dosa pahala 2. Menggunakan pola 3. Menggunakan garis bilangan

PENGERTIAN PENDIDIKAN

Pendidikan berasal dari bahasa Yunani yaitu paedagogie, sedangkan ilmu pendidikan yaitu paedagoiek atau paedagogia. Paedagos artinya pelayan atau anak sedangkan paedagogi artinya pendidik . Pandangan tokoh-tokoh terhadap pendidikan. 




1. Ki Hajar Dewantara 
Pendidikan adalah segala proses menuntun kebahagiaan segala kodrat yang ada pada anak-anak agar dapat mencapai kekuatan atau keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya.
2. Crow dan Crow 
Pendidikan adalah proses yang berisi yang berbagai macam kegiatan yang sesuai dengan kegiatan seseorang untuk kehidupan sosialnya dan membantunya meneruskan kebiasaan-kebiasaan dan kebudayaan serta kelembagaan sosial dan generasi. 
3. Rousseau 
Pendidikan adalah memberi kita bekal yang tidak ada pada masa anak-anak, akantetapi kita membutuhkannya pada saat dewasa. 
4. John Dewey 
Pendidikan adalah proses pembentukkan kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional ke arah alam dan semasa manusia.

GREETINGS AND LEAVING TAKINGS




A. GREETINGS
1. Formal
• Good morning
• Good afternoon
• Good evening
2. Informal
• Hi
• Hello
• Hey
• Yo
• How are you?
• How’s it going?
• How’ve you been?
• What’s up?
B. LEAVE TAKINGS
1. Bye
2. Good bye
3. See you
4. See you next time
5. See you soon
6. See you tomorrow
7. Good night

DAFTAR PUSTAKA

Daftar pustaka atau bibliografi adalah daftar buku atau sumber acuan lain yang mendasari atau menjadi bahan pertimbangan dalam penyusunan karangan. Unsur-unsur pada daftar pustaka hampir sama dengan catatan kaki atau footnote, hanya ada penekanan pada aspek tertentu dan ditiadakannya nomor halaman. Berikut ini perbandingan contoh daftar pustaka dengan catatan kaki.
Daftar pustaka:
Ismail, Taufik. 1993. Tirani dan Benteng. Jakarta: Yayasan Ananda.
Catatan kaki:
Taufik Ismail, Tirani dan Benteng, (Jakarta: Yayasan Ananda, 1993), hlm. 101-1-5)
a. Unsur-unsur Pokok Daftar Pustaka
1. Nama pengarang, bila terdiri atas dua atau lebih penggal, nama terakhir didahulukan atau dibalik;
2. Judul buku, bila sumber pustaka berupa buku ditulis lengkap dengan sub-judulnya;
3. Judul artikel, bila sumber pustaka berupa majalah, jurnal, atau harian yang dilengkapi dengan nomor edisi, bulan, dan tahun;
4. Data publikasi, penerbit, tempat terbit, tahun terbit, nomor jilid, dan ada yang menambahkan cetakan serta jumlah halaman.
b. Teknik Penyusunan Daftar Pustaka 
1. Daftar pustaka disusun secara alfabetis,
2. Nama pengarang dibalik,
3. Gelar akademik dan jabatan dicantumkan dan diletakkan setelah nama keseluruhan,
4. Setiap penggalan unsur dalam daftar pustaka diberi tanda titik,
5. Daftar pustaka ditulis dari margin kiri dan bila tidak cukup dalam satu baris, maka baris kedua ditulis 5-7 ketukan ke dalam dengan jarak 1 spasi,
6. Jarak antara sumber pustaka yang satu dengan sumber pustaka lain adalah 2 spasi,
7. Bila nama pengarang sama, maka penyebutan cukup memberi garis sepanjang 5-7 ketukan dan didikuti dengan unsur-unsur pustaka yang lain,
8. Bila dalam tahun yang sama diketahui seorang menyusun lebih dari stau buku,maka diberi kode a, b, atau c dibelakang tahun terbit,
9. Daftar pustaka tidak perlu dicantumkan halaman,
10. Daftar pustaka tidak diberi nomor urut,
11. Bila dipandang perlu, daftar pustaka dilengkapi dengan jumlah halaman Buku.
c. Fungsi Daftar Pustaka 
Daftarpustaka berfungsi menjelaskan lebih lanjut tentang sumber pustaka yang telah dijadikan dasar pijakan atau acuan dalam karangan yang bersangkutan. Fungsi lain daftar pustaka ialah untuk memandu pembaca yang ingin mempelajari lebih lanjut tentang sesuatu yang dikehendaki dan tercantum dalam catatan kaki. Dengan demikian, daftar pustaka melengkapi catatan kaki dalam mendeskripsikan sumber pustaka.

DAFTAR PUSTAKA
Walija. 2010. Komposisi Mengolah Gagasan Menjadi Karangan. Cetakan ke-2. Jakarta: Uhamka Press.